Entri Populer

Selasa, 29 Januari 2013

Konsep Koping



2.3.1 Pengertian Koping
            Koping adalah sebuah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik yaitu stres. Apabila mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut (http://www.psychologymania.com/2012/08/pengertian-koping.html).
2.3.2  Sumber Koping
            Individu dapat mengatasi stress dan kecemasan dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan. Sumber koping tersebut dapat berupa model ekonomi, kemampuan menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu individu mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil (Stuart, 2006)
2.3.3  Mekanisme Koping
            Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam. Sedangkan menurut Lazarus, koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara langsung dalam upaya mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi batas kemampuan individu (http://heldaupik.blogspot.com/2012/02/mekanisme-koping.html)
Ketika mengalami kecemasan, individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengantisipasinya, ketidakmampuan mengatasi kecemasan sacara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang biasa digunakan individu untuk mengatasi kecemasan ringan cenderung tetap dominanketika kecemasan menjadi lebih intens. Kecemasan ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar, sedangkan kecemasan sedang dan berat menimbulkan dua jenis koping yaitu :
1.      Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi stress secara realistis.
-          Perilaku menyerang yang digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.
-          Perilaku Menarik diri digunakan untuk jauhkan diri dari sumber ancaman, baik secara fisik maupun psikologis.
-          Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasa dilakukan individu, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuahn personal.
2.      Mekanisme pertahanan ego membantu menagtasi kecemasan ringan dan sedang akan tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara relatif pada tingkat sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas, mekanisme ini dapat menjadi respon maladaptif ter hadap stress (Stuart, 2006).
2.3.4  Penggolongan Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 yaitu :
1.      Mekanisme koping adaptif
Merupakan mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan.
2.      Mekanisme koping maladaptive
Merupakan mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan (Stuart, 2006).
2.3.5 Mekanisme Pertahanan Ego
Adapun mekanisme pertahanan ego adalah sebagai berikut :
1. Kompensasi
Proses seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan tegas menonjolkan keistimewaan atau kelebihan yang dimiliki.
2. Penyangkalan (denial)
Menyatakan tidak setuju terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud melindungi diri.


3. Pemindahan (displacement)
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang atau benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya.
4. Disosiasi
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. Keadaan dimana terdapat dua atau lebih kepribadian pada diri seorang individu.
5. Identifikasi (identification)
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.
6. Intelektualisasi (intelectualization)
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya. Dengan intelektualisasi, manusia dapat mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan, dan memberikan kesempatan untuk meninjau permasalah secara obyektif.
7. Introjeksi (Introjection)
Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok ke dalam struktur egonya sendiri, merupakan hati nurani.
8. Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat sementara atau berjangka lama.

9. Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri.
 10. Rasionalisasi
Rasionalisasi dimaksudkan sebagai usaha individu mencari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk, muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik, atau yang baik adalah yang buruk.
11. Reaksi formasi
Individu mengadakan pembentukan reaksi ketika berusaha menyembunyikan motif dan perasaan sebenarnya, dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan. Dengan cara ini individu dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan menghadapi ciri pribadi yang tidak menyenangkan.
12. Regresi
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas individu yang berusia lebih muda.

13. Represi
Represi didefinisikan sebagai upaya individu menyingkirkan frustrasi, konflik batin, mimpi buruk, dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku.
14. Pemisahan (splitting)
Memandang orang atau situasi sebagai semuanya baik atau buruk : gagal untuk mengintegrasikan kualitas positif dan negatif diri.
15.Sublimasi
Penerimaan tujuan pengganti yang diterima seacra sosial karena dorongan yang merupakan saluran normal ekspresi terhambat.
16. Supresi
Supresi merupakan proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar impuls dan dorongan yang ada tetap terjaga.
17. Undoing
Tindakan atau komunikasi yang sebagian meniadakan yang sudah ada sebelumnya ; merupakan mekanisme pertahanan primitif (Stuart, 2006).
2.3.6        Respon koping
Koping dapat diidentifikasi melalui respon, manifestasi (tanda dan gejala) dan pernyataan klien dalam wawancara. Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek : fisiologis dan psikososial.
a.    Reaksi fisiologis merupakan manifestasi tubuh terhadap stres.
b.    Reaksi psikososial terkait beberapa aspek antara lain :
i.      Reaksi yang berorientasi pada ego yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental, seperti denial (menyangkal), projeksi, regresi, displacement, isolasi dan supresi.
ii.    Reaksi yang berkaitan dengan respon verbal seperti, menangis, tertawa, teriak, memukul dan menyepak, menggenggam, mencerca respon.
iii.  Reaksi yang berorientasi pada penyelesaian masalah, jika mekanisme pertahanan mental dan respon verbal tidak menyelesaikan masalah secara tuntas karena itu perlu dikembangkan kemampuan menyelesaikan masalah, ini merupakan koping yang perlu dikembangkan karena koping ini melibatkan proses kognitif, afektif dan psikomotor (Stuart, 2006)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar