Entri Populer

Selasa, 29 Januari 2013

Konsep Kecemasan



2.1.1 Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas menyebar di alam dan terkait dengan perasaan ketidakpastian dan ketidakberdayaan.  Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap   bahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, akan tetapi tingkat ansietas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart, 2006)
Kecemasan merupakan sebuah perasaan khawatir yang samar – samar, sumbernya sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu yang bersangkutan (Townsend, 2009).
Kecemasan atau ansietas adalah keadaan dimana seseorang mengalami perasaan gelisah dan aktivitas sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas, tidak spesifik. Kecemasan yang terjadi akan direspon secara spesifik dan berbeda setiap individu. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh faktor, yaitu status kesehatan. Jika status kesehatan buruk, energi yang digunakan untuk menangani stimulus lingkungan kurang akan dapat mempengaruhi terhadap stressor (Carpenito, 1999).
2.1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut Trismiati (2006) kecemasan yang terjadi akan direspon secara spesifik dan berbeda oleh setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:
1.      Faktor Internal
1)      Pengalaman
Menurut Horney dalam Trismiati (2006), sumber-sumber ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan tersebut bersifat lebih umum. Penyebab kecemasan menurut Horney, dapat berasal dari berbagai kejadian di dalam kehidupan atau dapat terletak di dalam diri seseorang, misalnya seseorang yang memiliki pengalaman dalam menjalani suatu tindakan maka dalam dirinya akan lebih mampu beradaptasi atau kecemasan yang timbul tidak terlalu besar.
2)      Pendidikan
Menurut Nursalam (2003) pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru (Stuart & Sundeen, 1998). Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi sehingga semakin benyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang baru di perkenalkan (Kuncoroningrat, 1997, dikutip oleh Nursalam dan Pariani, 2001).
3)      Tingkatan Pengetahuam atau Informasi
Pengetahuan atau informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa cemas.Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap subyek tertentu.Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki, seseorang akan mengetahui mekanisme yang akan digunakan untuk mengatasi kecemasannya (Notoatmodjo, 2003).
4)      Respon Terhadap Stimulus
Menurut Trismiati (2006), kemampuan seseorang menelaah rangsangan atau besarnya rangsangan yang diterima akan mempengaruhi kecemasan yang timbul.
5)      Usia
Menurut Nursalam (2001), umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan sesorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih di percaya dari orang yang belum cukup tinngi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan kecemasan dari pada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya (Stuart, 2006).
6)      Gender/Perbedaan Jenis Kelamin
Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, Myers (1983) dalam Trismiati (2006) mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding perempuan.
2.      Faktor Eksternal
1)      Dukungan Keluarga
Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan seorang lebih siap dalam menghadapi permasalahan, hal ini dinyatakan oleh (Kasdu, 2002).
2)      Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan seseorang terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya.Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,tetapi lebih merupakan cara mencari nafkah yang membosankan,berulang dan banyak tantangan (Erich, 2003).
3)      Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan sekitar ibu dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih kuat dalam menghadapi  permasalahan, misalnya lingkungan pekerjaan atau lingkungan bergaul yang tidak memberikan cerita negatif tentang efek negatif suatu permasalahan menyebabkan seseorang lebih kuat dalam menghadapi permasalahan, hal ini dinyatakan oleh (Baso, 2001).
2.1.3 Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi Kecemasan
Sedangkan faktor – faktor yang mempengaruhi kecamasan menurut Stuart (2006), faktor–faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah:
1.      Faktor predisposisi
1)      Teori Psikoanalitis
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian: id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan di kendalikan oleh norma budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada tanda bahaya.
2)      Teori Interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya, individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat.
3)      Faktor Perilaku
Ansietas merupakan hasil frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2.      Faktor Presipitasi
Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dielakan pada kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan, yaitu :
1)        Faktor eksternal :
a)        Ancaman integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, pembedahan yang akan dilakukan).
b)        Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitasdiri, harga diri dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status/peran (Stuart & Sundeen, 1998).
2)      Faktor internal:
Menurut Stuart & Sundeen (1998) kemampuan individu dalam merespon terhadap penyebab kecemasan ditentukan oleh :
a)      Potensi stressor
Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi.
b)      Maturitas Individu
Seseorang yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan.
c)        Pendidikan dan Status Ekonomi
Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru.
d)       Keadaan fisik 
Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami kecemasan, di samping itu orang yang mengalami kelelahan fisik lebih mudah mengalami kecemasan.
e)        Tipe kepribadian
Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian Aadalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa diburu-buru waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang, mudah tersinggung, otot-otot mudah tegang.Sedangkan orang dengan kepribadian B mempunyai ciri-ciri yang berlawanan dengan tipe kepribadian A. Karena orang dengan tipe kepribadian B adalah orang yang penyabar, tenang, teliti, dan rutinitas.
f)       Lingkungan dan situasi
Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebihmudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada dilingkungan yang biasa dia tempati.
g)      Umur
 Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan dari pada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya.(Stuart, 2006)

2.1.4   Stressor Pencetus
Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal maupun eksternal. Stresor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori (Stuart & Sudden, 2006).
1.      Ancaman terhadap integritas fisik yang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari – hari.
2.      Ancaman terhadap sistem diri yang mana dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

2.1.5        Tingkat Kecemasan
Tingkat kecemasan dapat dibagi menjadi 4 (Stuart & Sudden, 2006):
1.         Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari – hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan area persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan beraktivitas.
2.         Kecemasan Sedang
      Memungkinkan seseorang untuk memustakan pada hal penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah.
3.         Kecemasan Berat
     Sangat mengurangi area persepsi seseorang, seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada sesuatu yang lain.
4.         Kecemasan Panik
     Berhubungan dengan pengaruh ketakutan dan teror. Rincian berpecah dari preposinya. Karena mengalami kehilangan kendali orang yang mengalami penik tidak mempu melakukan sesuatu walau dengan pengarahan, panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Bila panik terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.
RENTANG RESPON KECEMASAN
Respon Adaptif                                                         Respon Maladaptif
Tidak Cemas      Ringan            Sedang            Berat               panik
Gambar 2.  Rentang Respon Kecemasan



2.1.6        Respon Tubuh Terhadap Kecemasan
Respon tubuh terhadap kecemasan antara lain ( Stuart, 2006) :
1.      Respon tubuh fisiologis
Tabel 2.1 Respon tubuh fisiologis terhadap kecemasan
Sistem Tubuh
Respons
a.       Kardiovaskular
Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meninggi, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.
b.      Pernafasan
Nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada, nafas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekat, terengah-engah.
c.       Neuromuskular
Refleks meningkat, reaksi lanjutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tumor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang penggal.
d.      Gastro Intestinal
Kehilangan nafsu makan, menolak makanan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung, diare.
e.       Traktus Urinarius
Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.
f.       Kulit
Wajah memerah, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.


2.      Respon perilaku, kognitif dan afektif terhadap kecemasan.
Tabel 2.2 Respon perilaku, kognitif dan afektif terhadap kecemasan.
Sistem Tubuh
Respons
a.       Perilaku
Gelisah, ketegangan fisik, tumor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal, mengahalangi, menarik diri dari masalah, menghindar.
b.      Kognitif
Perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi dan hambatan brerfikir, bidang persepsi menurun, beraktivitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat, kehilanagn objektivitas, takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual, takut cedera atau kematian.
c.       Afektif
Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervous, ketakutan, alarm, terror, gugup.

2.1.7        Pengukuran Kecemasan
Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).  Skala HARS merupakan alat ukur kecemasan yang didasarkan pada munculnya gejala pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap point yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor yaitu antara 0 sampai 4.
Adapun gejala yang tercantum dalam HARS ((Hamilton Anxiety Rating Scale) terdiri dari 14 gejala yang tampak pada individu yang mengalami kecemasan dengan perincian sebagai berikut :
1.      Perasaan Cemas
Firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tensinggung.
2.      Ketegangan
Merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
3.      Ketakutan
Takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.
4.      Gangguan tidur
Sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.
5.      Gangguan kecerdasan
Penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
6.      Perasaan depresi
Hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
7.       Gejala somatik
Nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot.
8.      Gejala sensorik
Perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah.
9.      Gejala kardiovaskuler
Takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap.
10.   Gejala pernapasan
Rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
11.   Gejalagastrointestinal
Sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut
12.   Gejala urogenital
Sering keneing, tidak dapat menahan keneing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
13.   Gejala vegetatif
Mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
14.   Perilaku sewaktu wawancara
Gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.

Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang atau separuh dari gejala yang ada
3 = berat atau lebih dari separuh gejala yang ada
4 = sangat berat atau semua gejala ada
Masing – masing nilai dari 14 kelompok dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang :
1.  Skor kurang dari 14           : tidak ada kecemasan.
2.  Skor 14 – 20                       : kecemasan ringan.
3.  Skur 21 – 27                       : kecemasan sedang.
4.  Skor 28 – 34                       : kecemasan berat.
5. Skor ≥ 35                            : Kecemasan sangat berat atau panik.
Perlu diketahui bahwa alat ukur HARS ini bukan dimaksudkan untuk mengetahui diagnosa gangguan kecemasan. Diagnosa gangguan kecemasan ditegakkan dari pemeriksaan klinis oleh dokter (psikiater), namun digunakan untuk mngukur derajat berat ringannya gangguan cemas itu digunakan alat ukur HARS (Hawari, 2001).
Kecemasan merupakan suatu perasaan khawatir, takut yang dapat di gambarkan pada perilaku seseorang berupa agitasi, panik, eforia, anhedonia, kesepian, kedangkalan, afek edan emosi yang tidak wajar, afek dan emosi yang labil, ambivalensi, apatis, amarah (Sunaryo, 2004), sedangkan menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga factor: 1) Faktor  predisposisi  (predisposing factor) yaitu faktor yang  mencakup  pengetahuan  dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi  dan  kepercayaan, sistem  nilai  yang  dianut, tingkat  pendidikan, tingkat  sosial  ekonomi, dan  sebagainya. 2) Faktor  pemungkin  (enabling factors)  yang  mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. 3) Faktor  penguat  (reinforcing factor), faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku petugas kesehatan.
Pengaruh kecemasan terhadap tercapainya kedewasaan, merupakan masalah penting dalam perkembangan kepribadian. Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan: Jenis kelamin, umur, lingkungan dan situasi, tipe kepribadian, keadaan fisik, pendidikan dan status ekonomi (Stuart, 2006)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar